Venue. Perpustakaan Bunga Bangsa Samarinda.
Bertempat di perpustakaan Sekolah Islam Bunga Bangsa, Miss Weri Manapol yang telah kurang lebih 3 pekan bertugas sebagai guru tamu di Sekolah Dasar Islam Bunga Bangsa, hari ini berkesempatan menyampaikan materi tentang sistem pendidikan di Filipina, negara asalnya. Mengenakan pakaian modifikasi tradisional khas Filipina berwarna merah, Miss Weri, menyampaikan tentang hal-hal yang membuat Filipina disebut sebagai Pearls of Asia.

Miss Weri menjelaskan tentang sistem pendidikan di Filipina yang awalnya melahirkan banyak generasi yang lulus dan bingung melanjutkan atau bekerja, karena permasalahan usia. Sistem pendidikan lama di Filipina melahirkan generasi muda mereka lulus sekolah di usia 15, yang tak memungkinkan mereka langsung bekerja. Sebagai catatan Miss Weri, tenaga medis di dunia, 25 persennya berasal dari Filipina. Pengalamanku sendiri, tenaga medis bidan yang kutemui beberapa kali di luar Indonesia memang kebanyakan Filipino, sebutan untuk orang Filipina. Setelah direvisi, pendidikan di Filipina sekarang telah mengadaptasi K12, yang artinya dari TK sampai SMA.
Penjelasan tentang kecintaan warga Filipina pada presiden mereka, Duterte, juga dijelaskan oleh narasumber pagi ini. Duterte memang digambarkan sebagai sosok yang ditakuti dan sangat keras terhadap pelaku terorisme dan pelaku penyalahgunaan narkoba di Filipina, dengan berani menghukum mati para pelaku. Miss Weri menekankan, meskipun sangat keras pada pelaku kejahatan, Duterte adalah sosok yang dituakan dan dimuliakan di Filipina karena memiliki sifat penyayang.

Miss Weri juga menjelaskan tentang budaya Harana, dimana pihak lelaki menyanyi di luar rumah, biasanya dibawah jendela bernyanyi untuk perempuan pujaan hatinya dan yang diapresiasi adalah jika lagu dan musik yang dimainkan pemuda diluar rumah tersebut merdu didengar seluruh penghuni rumah.
Dari perbedaan kita belajar menemukan keindahan dan kebesaran Tuhan.
PS. yang menafikan perbedaan manusia, mudah marah-marah, sinis dan ngamuk melihat yang berbeda, seperti kata Achol Cholis Irenk, mainnya kurang jauh, temannya kurang banyak.
#Learning for Life