Selepas menghadapi Ujian Tengah Semester, dengan didampingi oleh Bapak Azis fathoni selaku Korjen, Bapak Farid dan Bapak Putra, siswa(i) level 3 sebanyak 4 kelas mengadakan nonton bareng film "Denias Senandung Diatas Awan" bertempat di ruang perpustakaan. tujuan dari kegiatan ini adalah refresing setelah mengikuti UTS dan juga membangkitkan rasa Nasionalisme anak-anak yang merupakan aplikasi pendidikan berkarakter pembelajaran PKN dan IPS
Sekilas tentang film "Denias Senandung di atas Awan"
Film ini menceritakan kisah seorang anak petani di pedalaman Papua yang sangat senang belajar di sekolah. Saat sekolah darurat di desanya hancur dan pengajarnya pergi, Denias pergi ke kota di balik gunung untuk belajar.
Kehilangan seorang ibu yang sangat disayangi merupakan pukulan terberat dalam hidup Denias. Sebelum meninggal, ibunya berpesan agar ia sekolah.
Pak Guru juga meyakinkan agar Denias melanjutkan pendidikan karena ia yakin anak itu pintar dan bisa menjadi ahli matematika. Terakhir, Maleo seorang tentara yang bertugas diperbatasan, juga meyakinkan bahwa Denias harus pergi melintasi gunung karena di sanalah ada sekolah yang bagus. Film lalu dilanjutkan dengan perjalanan Denias seorang diri selama sepuluh hari. Tas nokennya sempat hanyut di sungai dan ia juga sempat pingsan kecapaian. Ia masih harus berjuang agar bisa diterima di sekolah yang rupanya milik PT Freeport dan dikhususkan untuk anak kepala suku atau suku terdekat saja.
Dengan berbekal tekad yang kuat, segala hambatan yang menghalanginya untuk bersekolah dapat ia lalui dengan baik. Adanya persaingan dengan teman sedesa dan perjuangan guru yang ingin memasukkan denias ke sekolah benar-benar mengharukan. Sikap yang sangat patut dijadikan teladan, bahwa rakyat miskin harus dibantu untuk melanjutkan sekolah, bukan untuk memperbudak mereka.
Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias.
Sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal. Dalam film ini juga dapat kita lihat keindahan Provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.Kehilangan seorang ibu yang sangat disayangi merupakan pukulan terberat dalam hidup Denias. Sebelum meninggal, ibunya berpesan agar ia sekolah.
Pak Guru juga meyakinkan agar Denias melanjutkan pendidikan karena ia yakin anak itu pintar dan bisa menjadi ahli matematika. Terakhir, Maleo seorang tentara yang bertugas diperbatasan, juga meyakinkan bahwa Denias harus pergi melintasi gunung karena di sanalah ada sekolah yang bagus. Film lalu dilanjutkan dengan perjalanan Denias seorang diri selama sepuluh hari. Tas nokennya sempat hanyut di sungai dan ia juga sempat pingsan kecapaian. Ia masih harus berjuang agar bisa diterima di sekolah yang rupanya milik PT Freeport dan dikhususkan untuk anak kepala suku atau suku terdekat saja.
Dengan berbekal tekad yang kuat, segala hambatan yang menghalanginya untuk bersekolah dapat ia lalui dengan baik. Adanya persaingan dengan teman sedesa dan perjuangan guru yang ingin memasukkan denias ke sekolah benar-benar mengharukan. Sikap yang sangat patut dijadikan teladan, bahwa rakyat miskin harus dibantu untuk melanjutkan sekolah, bukan untuk memperbudak mereka.
Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias.