Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel – artikel dari berbagai penulis. Selain memuat artikel, Majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat informasi bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya.
Dewasa ini, majalah sekolah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi ruang lingkup sekolah. Apalagi, manfaat yang didapatkan dari penerbitan majalah sekolah sangat banyak. Salah satunya sebagai penunjang keterampilan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Namun, masih banyak manfaat lain yang bisa didapatkan, baik oleh para siswa maupun guru. Apa saja?
Pertama, sebagai media penyalur potensi menulis. Jamak diketahui, keterampilan menulis di kalangan pelajar Indonesia belum bisa dikatakan menggembirakan. Sementara ada siswa yang memiliki minat menulis namun terkendala oleh ketiadaan media untuk menampung ide-ide mereka. Memang bisa saja para pelajar memanfaatkan media blog di internet untuk menjadi ajang mengasah keterampilan menulis. Namun, di daerah-daerah tertentu, keterbatasan akses internet tentu bisa menjadi suatu hambatan. Nah, majalah sekolah atau setidaknya majalah dinding bisa menjadi sarana untuk menampung siswa dalam belajar menulis. Dengan demikian, potensi mereka bisa terus diasah melalui sarana majalah sekolah.
Kedua, media komunikasi. Ya, majalah sekolah bisa menjadi salah satu media komunikasi antarelemen sekolah. Mulai siswa, guru, karyawan sekolah, hingga kepala sekolah. Beragam informasi bisa mereka dapatkan di sana. Misalnya, dalam majalah sekolah, guru menulis tentang pembelajaran fisika yang mudah dan menyenangkan. Tentu saja tulisan ini akan membuang stigma di kalangan murid bahwa fisika itu sulit. Dengan adanya artikel tersebut, diharapkan ada interaksi antara siswa dan guru. Siswa bisa bertanya lebih lanjut tentang hal-hal yang belum dikupas dalam artikel tersebut yang terkait dengan mata pelajaran fisika. Di sisi lain, kepala sekolah juga bisa unjuk gigi. Misalnya, menulis artikel yang memotivasi para siswa untuk giat belajar. Contohnya, sukses itu hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan tekun belajar. Dalam artikel tersebut, misalnya, sang kepala sekolah memaparkan kisah inspiratif dari penemu kelas dunia seperti Thomas Alva Edison, Albert Einstein, dan lain-lain. Siswa sendiri juga bisa menuangkan gagasan-gagasannya. Misalnya, menulis tentang guru favorit seperti apa yang mereka dambakan. Termasuk menyebutkan kriteria seperti apa guru favorit itu.
Ketiga, media pembelajaran berbasis baca-tulis. Menurut Deki Mamalu (2008), pada saat pengajaran pokok bahasan membaca, siswa dilatih untuk memahami bacaan-bacaan yang termuat di majalah sekolah serta membedakan bacaan yang menarik dan yang tidak menarik. Mereka juga bisa menyusun tanggapan secara tertulis tentang isi bacaan yang tidak nalar, kemudian tanggapan itu dapat diterbitkan pada edisi majalah berikutnya.
Keempat, media belajar organisasi. Dalam majalah sekolah, tentu ada awak redaksi yang menangani penerbitannya. Misalnya, ada pembina umum yang biasanya dijabat oleh kepala sekolah. Kemudian ada pembimbing yang biasanya diisi oleh guru ekstrakurikuler jurnalistik atau guru mapel bahasa Indonesia. Selanjutnya, terdapat tim inti penerbitan majalah sekolah. Mereka terdiri atas pemimpin redaksi (pemred), reporter, editor atau penyunting kebahasaan, tenaga tata letak (lay outer), tenaga ilustrator dan grafis, serta tim pemasaran dan distribusi. Secara tidak langsung, tim majalah sekolah bisa mendapat pengalaman tentang mengelola dan menjalankan roda organisasi. Hal ini juga bisa melatih siswa untuk terbiasa bekerja secara disiplin. Sebab, majalah sekolah juga memiliki deadline untuk penerbitan.
Kelima, penyemai demokrasi. Tim majalah sekolah yang rata-rata beranggota para siswa juga bisa mendapat manfaat tentang belajar demokratis. Sebelum majalah sekolah terbit, tim redaksi tentu melaksanakan rapat redaksi untuk menentukan tulisan dan rubrik apa saja yang akan dimuat pada edisi selanjutnya. Dalam rapat tersebut, pasti muncul ide-ide baru dan awak redaksi lain bisa memberikan tanggapan, mana yang lebih baik demi kepentingan penerbitan majalah sekolah. Seluruh ide yang masuk didiskusikan kembali di internal redaksi dengan melibatkan guru pembimbing.
Keenam, media promosi. Sudah tentu majalah sekolah merupakan alat promosi paling ampuh bagi suatu lembaga sekolah. Pihak lain atau pembaca bisa mengetahui kelebihan apa saja yang dimiliki sekolah bersangkutan dari majalah tersebut. Misalnya, prestasi yang diraih siswa, guru, ataupun sekolah, kiprah sekolah di sosial kemasyarakatan, dan lain-lain. Juga pembaca bisa tahu program apa yang sudah dijalankan oleh sekolah. Dengan begitu, pembaca bisa menilai bagaimana kualitas sekolah yang bersangkutan.
Bersama Pak Hariyanto, pustakawan mencoba membuat konsep majalah sekolah seperti yang dapat dilihat dibawah ini, dengan harapan Bunga Bangsa Islamic School mempunyai Media Penyambung Informasi sekolah kepada khalayak dan civitas sekolah pada khususnya. Bermimpi gak ada salahnya bukan..?, yakin bahwa sukses itu berawal dari sebuah mimpi, kalau kata ustadz Sukri Pawira, S.Ag, "Man Jadda Wajada". Semoga Bisa Terwujud ya.....?
Baca Juga