Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang”
(dalam karyanya berjudul Aku) adalah pelopor Angkatan ’45 yang
menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan
sangat lugas, solid dan kuat. Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin
memelopori puisi modern Indonesia. Chairil Anwar meninggal dalam usia
muda karena penyakit TBC dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet
Bivak, Jakarta. Hari meninggalnya diperingati sebagai Hari Chairil
Anwar.
Chairil menekuni pendidikan HIS dan MULO, walau pendidikan MULO-nya
tidak tamat. Puisi-puisinya digemari hingga saat ini. Salah satu
puisinya yang paling terkenal sering dideklamasikan berjudul Aku ( “Aku
mau hidup Seribu Tahun lagi!”). Selain menulis puisi, ia juga
menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Dia juga
pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat “Gelanggang” dan Gema
Suasana. Dia juga mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” (1946).
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri
Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang
dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam
puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah
menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan
gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya
berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Akhir hidup
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya,
yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia
bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah
penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC
Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya
diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya
juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Makam Chairil Anwar di tanah perkuburan Karet, Jakarta |
Karya-karyanya
Kumpulan puisinya antara lain: Kerikil Tajam dan yang Terampas dan
yang Putus (1949); Deru Campur Debu (1949); Tiga Menguak Takdir (1950
bersama Asrul Sani dan Rivai Apin); Aku Ini Binatang Jalang (1986);
Koleksi sajak 1942-1949″, diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh
Sapardi Djoko Damono (1986); Derai-derai Cemara (1998). Buku kumpulan
puisinya diterbitkan Gramedia berjudul Aku ini Binatang Jalang (1986).
Karya-karya terjemahannya adalah: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948, Andre Gide); Kena Gempur (1951, John Steinbeck).
Sementara karya-karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,
Jerman dan Spanyol adalah: “Sharp gravel, Indonesian poems”, oleh Donna
M. Dickinson (Berkeley, California, 1960); “Cuatro poemas indonesios,
Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati” (Madrid: Palma de Mallorca, 1962);
Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New
York, New Directions, 1963); “Only Dust: Three Modern Indonesian Poets”,
oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969);
The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan
diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York
Press, 1970); The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan
diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan HB Jassin (Singapore:
University Education Press, 1974); Feuer und Asche: sämtliche Gedichte,
Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978);
The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh
Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International
Studies, 1993)
Sedangkan karya-karya tentang Chairil Anwar antara lain:
1) Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953); 2) Boen S. Oemarjati, “Chairil Anwar: The Poet and his Language” (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972); 3) Abdul Kadir Bakar, “Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar” (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974); 4) S.U.S. Nababan, “A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar” (New York, 1976); 5) Arief Budiman, “Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan” (Jakarta: Pustaka Jawa, 1976);
1) Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953); 2) Boen S. Oemarjati, “Chairil Anwar: The Poet and his Language” (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972); 3) Abdul Kadir Bakar, “Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar” (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974); 4) S.U.S. Nababan, “A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar” (New York, 1976); 5) Arief Budiman, “Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan” (Jakarta: Pustaka Jawa, 1976);
6) Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil
Anwar, Auckland, 1976; 7) H.B. Jassin, “Chairil Anwar, pelopor Angkatan
’45, disertai kumpulan hasil tulisannya”, (Jakarta: Gunung Agung, 1983);
8) Husain Junus, “Gaya bahasa Chairil Anwar” (Manado: Universitas Sam
Ratulangi, 1984); 9) Rachmat Djoko Pradopo, “Bahasa puisi penyair utama
sastra Indonesia modern” (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985); 10) Sjumandjaya,
“Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar
(Jakarta: Grafitipers, 1987); 11) Pamusuk Eneste, “Mengenal Chairil
Anwar” (Jakarta: Obor, 1995); 12) Zaenal Hakim, “Edisi kritis puisi
Chairil Anwar” (Jakarta: Dian Rakyat, 1996).
Referensi:
http://biografikecil.blogspot.com/2008/03/biografi-chairil-anwar.html
http://penyair.wordpress.com/2007/02/05/biografi-chairil-anwar-1922-1949/
http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
http://www.eramuslim.net/?buka=show_biografi&id=19
http://penyair.wordpress.com/2007/02/05/biografi-chairil-anwar-1922-1949/
http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
http://www.eramuslim.net/?buka=show_biografi&id=19